Wednesday, November 04, 2009

kenisah : negeri prahara

NEGERI PRAHARA

Dalam kitab suci terdapat beberapa kisah ihwal hancurnya sebuah negeri. Negeri yang menyimpang dari ajaran Tuhan sehingga dikutuk oleh Tuhan, dilaknat dengan petaka mematikan sehingga membuat semuanya hancur lebur. Setelah musnah punah segalanya, Tuhan menggantikan dengan kelompok masyarakat yang lain.

Namun tidak hanya itu, sebuah negeri bisa saja menjadi ladang petaka ketika sekelompok manusia dari negeri lain melabraknya. Bagaimana di benua Eropa pra-peradaban demikian intens terjadi saling caplok kekuasaan antar bangsa nomaden. Peristiwa yang tak terlalu berbeda juga pernah terjadi ketika suku nomaden mongol di bawah komando Hulagu Khan menggusur peradaban Irak dinasti Abasyah yang digdaya selama kurang lebih empat ratus tahun semenjak tahun 800-an.

Intervensi bangsa asing kepada sebuah negeri memang bisa menimbulkan berbagai dampak, termasuk prahara. Istilah orang adalah 'penjajahan', 'penguasaan', 'kolonialisme', 'pendudukan', 'invasi', dan sebagainya. Dalam perkembangannya, sejarah mencatat penaklukan seperti ini memang bisa memporak-porandakan sebuah bangsa atau negeri. Setidaknya tak bisa dilupakan fakta kejadian Perang Dunia bagaimana bangsa Jerman setidaknya dua kali mengobrak - abrik Eropa sehingga bangsa - bangsa di Eropa menderita nestapa berkepanjangan. Perang Pasifik juga berceritera tak terlalu berbeda ketika Jepang dengan membabi - buta hendak menaklukkan Asia sehingga menyisakan derita yang demikian mendalam kepada penduduk dari negeri yang hendak ditaklukkannya. Mungkin dampaknya masih terasa hingga kini.

Perang fisik dan perang dagang mungkin tak jauh bedanya. Jaman modern, dengan pasar ekonomi yang terbuka membuat ranah ekonomi dan peran politis menjadi ladang baru perwujudan penaklukan. Sebuah negeri bisa saja menjadi korban penaklukan bangsa lain dari medan ekonomi dan politis. Yang jelas, model penaklukan seperti ini tak bisa dipungkiri juga bisa mengakibatkan sebuah negeri dilanda prahara. Apalah artinya kemerdekaan sebuah negeri bila perekonomiannya diatur oleh bangsa lain ?

Antara Tuhan dan penaklukan tidak terpisah begitu saja. Dalam kisah kitab suci, Tuhan tidak mengirimkan kutukan dan laknat-Nya bila memang tidak ada sebabnya. Tuhan tidak gegabah menghancurkan sebuah negeri, kecuali negeri tersebut memang bermasalah dengan hukum - hukum Tuhan. Kisah kitab suci selalu menceritakan ihwal pelanggaran hukum Tuhan sehingga sebuah negeri dilaknat oleh-Nya.

Penaklukan-pun demikian. Sebuah negeri, sebuah bangsa yang kuat tentu tidak mudah untuk ditaklukkan. Seperti pendapat Ayatullah Khomeini, bahwa penjajahan merupakan dosa besar, namun jiwa yang mau dijajah adalah dosa yang lebih besar. Sebab terbesar terjadinya penaklukan bisa jadi berasal dari dalam negeri itu sendiri ketika tidak kuasa menolak invasi, ketika tidak memiliki keberanian untuk melawan kolonialisme yang mengancam negerinya.

Antara laknat Tuhan dan penaklukan, maka kondisi internal-lah yang bisa memicu laknat Tuhan, dan juga berkontribusi kepada terjadinya penjajahan. Mungkin singkat cerita seperti itu.

Namun, di luar faktor Tuhan dan penaklukan asing, bisa jadi sebuah negeri menjadi penuh prahara bila kondisi di dalam negeri itu sendiri penuh masalah. Ketidak adanya kepercayaan antara sesama penyelenggara negara, ketidak-percayaan rakyat kepada para pemimpin, bisa jadi menjadi faktor dominan terpicunya prahara sebuah negeri. Kondisi seperti ini biasanya timbul dari kasus ketika tidak adanya kejelasan mana yang benar dan mana yang salah. Terjadi kesimpang-siuran tentang kebenaran publik. Hukum terombang - ambing yang membuat setiap orang bebas menafsirkan kebenaran menurut kepentingan masing - masing, dan lantas memanfaatkan kondisi semrawut ini. Di tataran rakyat kecil, preman berkeliaran di jalanan mengancam penduduk sipil, sementara di kalangan penguasa telah terbiasa melecehkan dan memelintir hukum demi ketamakan pribadi.

Bila sebuah negeri dihuni oleh penguasa - penguasa yang rakus dan tamak, bisa jadi laksana rumah yang digerogoti gerombolan rayap ganas. Kekayaan milik bangsa berupa sumber daya alam yang dengan mudah digadaikan, kas negara yang ditilep secara 'gotong-royong', korupsi yang merajalela bisa membuat sebuah negara bangkrut, sehingga mempersulit kondisi ekonomi. Dan setelah negeri itu tidak memiliki apapun, maka rakyat-lah yang menderita tercekik resesi ekonomi.

Tak bisa dilupakan juga, bagaimana carut - marutnya sebuah negeri bila dikalangan tokoh masyarakat berlomba - lomba memenuhi hawa nafsunya akan kekuasaan dan jabatan. Ambisi hendak menjadi raja, presiden, adipati, menteri, panglima atau apalah ihwal jabatan yang memegang komando kuasa tinggi. Setidaknya kita bisa belajar dari petaka yang timbul di kerajaan Singhasari, sebuah kerajaan besar nan berwibawa, dengan raja yang terpandang bernama Maharaja Kertanegara. Namun dibalik segala kebesarannya, ternyata kerajaan itu menyimpan percik petaka yang sewaktu - waktu bisa membara laksana neraka. Pemicu itu bernama ambisi akan kekuasaan. Para penyelenggara pemerintahan begitu terobsesi akan kekuasaan, sehingga di akhir - akhir masa kerajaan Singhasari timbul begitu banyak konflik perebutan kekuasaan, perpecahan pemerintahan, dan dendam antar dinasti, sehingga membuat Kertanegara sendiri terjungkal, dan mati berkalang tanah. Itu semua karena sebab perebutan kekuasaan.

Sebuah negeri juga potensial dilanda prahara ketika kaum mudanya lemah. Sebuah negara sejatinya harus ditopang oleh generasi muda yang kuat, pintar, bertaqwa, dan memiliki semangat juang yang tinggi. Tokoh seperti Ir. Soekarno pernah berujar," Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku bakar dunia dengan revolusi". Artinya apa ? Sepuluh pemuda ideal bisa merubah wajah dunia. Begitu dahsyat peran generasi muda, sehingga tak heran apabila bangsa seperti Amerika-pun begitu khawatir bila generasi mudanya tercemar narkotika.

Peran generasi muda selain sebagai agen intelektual --seperti fitrahnya anak muda yang selalu berpikiran maju-- juga sebagai kekuatan untuk mengadakan perubahan. Revolusi ada di tangan pemuda, kata Soekarno. Psikologis yang taktis dan idealisme yang tinggi ada pada jiwa kaum muda, dan ini bekal untuk menjaga ibu pertiwi. Maka tak heran bila tokoh revolusi Iran Ali Syariati senantiasa menggerakkan mahasiswa untuk menggelindingkan roda revolusi lebih cepat.

Apabila hukum Tuhan sudah dilanggar, apabila bangsa lain sudah menguasai urat jantung negeri, apabila keserakahan pengusa merajalela, apabila negeri carut - marut oleh perebutan kuasa dan jabatan, dan apabila generasi muda tidak berdaya, apalah arti sebuah negeri prahara ? [] haris fauzi - 3 nopember 2009

----------

untuk ulang tahun adik bungsu, MAR

salam,

haris fauzi

No comments: