Ini kisah tentang dipan. Dipan adalah benda yang digunakan untuk menyangga kasur. Tentunya buat tidur. Ada dipan yang bila tidak dipasangi kasur akan berfungsi sebagai bale - bale. Bale - bale itu amben. Bila amben atau dipan ini dipasangi kasur di atasnya, maka dia menjadi ranjang. Kurang - lebih seperti itu.
Awal tahun Ibu berencana untuk pindah rumah. Rumah dinas yang selama nyaris 37 tahun ditempati akan dikembalikan kepada detasemen. Ibu sendiri akan membeli rumah yang jauh lebih kecil. Dengan rumah yang kecil, tentunya banyak perabotan yang tidak muat. Maklum saja, rumah dinas tersebut telah dipakai sekian lama, tentunya perabotannya juga berkembang cukup banyak, bertambah. Akhirnya Ibu memutuskan untuk mendistribusikan perabotan - perabotan yang dirasa tidak akan digunakan lagi. Kebanyakan perabotan tersebut berukuran big-size.
Beberapa perabot itu diantaranya adalah bifet besar. Bifet adalah lemari buku atau perabotan. Kami lebih suka menggunakan istilah bifet karena konotasi dari lemari adalah untuk menyimpan baju atau makanan. Bifet besar ini akhirnya melayang ke kota Sidoarjo, mengisi rumah baru adik perempuan. Benda big-size lainnya adalah bale - bale. Kami menyebutnya dalam bahasa jawa dengan 'amben'. Terbuat dari kayu jati berukuran dua kali satu setengah meter. Kira - kira seperti itu. Amben ini akhirnya melayang ke rumah adik bungsu dan dalam beberapa minggu sudah berubah wujud menjadi sofa jati unik. Rupanya kayunya di-'prethel'-i dan dibangun ulang menjadi sofa. Peti jati, berukuran sebesar meja tamu, akhirnya terkirim ke rumah kakak sulung di Bekasi.
Tentang almari baju Ayah, meja makan keluarga yang pertama, dan beberapa benda lagi saya tidak ingat dimana gerangan mereka sekarang. Beberapa perabotan dapur yang sudah tidak terpakai, terlalu besar, rusak sana - sini... dan kami tidak berminat, oleh Ibu diberikan kepada beberapa rekannya. Saya sendiri kebagian dua dipan berikut kasurnya. Kasurnya sih kasur baru, tapi dua dipan ini adalah dipan bersejarah.
Dipan pertama adalah dipan besi berwarna hijau pastel muda. Dibuat tahun 1973 atau 1975, saya lupa, pokoknya kisaran itu. Ini merupakan dipan besi yang di-desain sendiri oleh almarhum Ayah kemudian dipesan kepada tukang las. Beberapa tahun kemudian ayah dan Ibu berganti dipan baru terbuat dari kayu jati berpelitur cerah, sementara dipan besi ini digunakan oleh kakak dan saya bebarengan selagi kecil. Setelah anak-anaknya beranjak besar, Ayah berganti dipan lagi. Dipan baru tersebut terbuat dari kayu dan berwarna gelap. Sementara dipan besi itu digunakan oleh kakak sulung saya dan bertengger entah berapa tahun di kamar kesayangannya. Dipan kedua, yang terbuat dari kayu berwarna coklat muda,-- saya gunakan hingga saya lulus kuliah dan beranjak merantau ke Jakarta.
Ketika Ibu pindah rumah baru pertengahan tahun, dipan gelap itu dibawa serta masuk rumah baru yang kecil. Kontan kamar yang ketempatan dipan lebar itu langsung berkesan ciut dan hampir tidak menyisakan tempat. Sementara dipan besi dan dipak kayu coklat muda akhirnya mendarat di rumah saya di Bogor. [] haris fauzi - 11 12 13
No comments:
Post a Comment