Tiga hari lalu saya bermimpi. Dalam mimpi itu, terdapat sebuah menara masjid nan tinggi, ujungnya berkubah seperti buah waluh. Menaranya berwarna abu - abu seperti warna logam. Masjid itu berada di sisi kanan jalanan yang saya hendak lewati, mengantri merayap karena macetnya jalan tersebut. Tak lama kemudian menara masjid itu rubuh disertai bunyi dan debu. Hiruk - pikuk manusia berlalu lalang membuat terbangun. Mimpi itu raib. Apakah itu pertanda sesuatu ? Entahlah.
------
Pagi ini seharusnya jalanan tidak terlalu macet. Hingga melewati jalanan yang -menurut saya- terlalu pas untuk berpapasan sesama mobil, bahkan hanya pas untuk mobil seukuran sedan. Harus memelankan laju, dan tidaklah mungkin berpapasan sembari menyalip sepeda motor.
Ternyat di depan macet. Rupanya ada pasar di tepi kanan jalan. Tapi bukan itu. Ada mobil fortuner hitam berhenti di sisi kiri jalan, kendaraan mahal dengan nomer cantik di plat-nya. Badan mobil yang besar itu parkir tanpa bisa menepi, tentunya memakan jalan. Fortuner itu menyalakan lampu hazard. Jendela tengah kanan terbuka, nampak seorang Ibu dengan dandanan menor ala istri pejabat. Ibu itu melalui jendela memberikan instruksi setengah berteriak kepada seseorang di seberang. Rupanya dia sedang menyuruh sopirnya untuk belanja di lapak - lapak sayuran seberang.
Mengapa ibu itu menyuruh sopirnya belanja sayuran ? Bukannya lebih baik belanja sendiri ? Ada baiknya ibu itu di-drop saja, sementara sopirnya bisa leluasa mencari lahan parkir yang tidak membuat kemacetan seperti ini. Kenapa dia musti teriak - teriak menyurur sopirnya belanja sayur ? Entahlah. [] haris fauzi - 4 desember 2013.
No comments:
Post a Comment