Monday, June 02, 2008

kenisah : ketemu

KETEMU
 
Pas tahun 1997-an-lah kira - kira. Awal - awal saya numpang tinggal di rumah kakak saya di Jatimulya, Bekasi Timur. Pas itu teman kuliah saya yang jadi teman se -kantor, Hari Badrun namanya, juga beli rumah di Tambun, Bekasi Timur juga. Biasanya dia berangkat ngantor naik motor, saya milih naik bis. Milih begitu karena memang Badrun punyanya motor, dan saya juga gak punya motor gak punya mobil. Naik bis.
 
Akhirnya suatu hari sepakat berangkat bareng. Sekitar jam enam pagi, motor itu muncul lantas minggir ke halte. Setelah memastikan bahwa Hari Badrun yang mengendarai,  saya nyengklak naik. Kita berangkat ngantor, lewat jalan raya Bekasi. Eh, baru menjelang Pondok Ungu, pagi itu hujan tercurah. Daripada basah kuyup, mendingan telat. Kita memutuskan minggir dan berteduh di emper toko jualan kayu bangunan. Banyak bener yang berteduh, motor berderet - deret, orangnya kedinginan sambil celana tergulung lengan terlipat rokok berkepul - kepul.
 
Entah iseng kenapa, Badrun berniat melepaskan tas cangklongnya dan meletakkan di tumpukan kayu - kayu dagangan itu. Dan walhasil, ketika hujan mereda, kita berdua terburu-buru langsung cabut dan melupakan tas milik Badrun yang teronggok di tumpukan kayu. Dasar pelupa, kita sadar hampir lima belas menit setelah itu. Terpaksa putar balik sambil ngebut. Dan bisa diduga, tas itu sudah nggak ada. Orang - orang juga sudah sepi, sudah nggak ada lagi yang berteduh. Yah, sekarang acaranya mengumpat - umpat sejenak. Tas buluk hasil minta paksa dari seorang teman kos itu raib. Di cari di kolong - kolong juga nggak ada.
Entah kerasukan setan apaan, kita berdua memutuskan untuk mencari di jalanan. Gak peduli mau telat berapa jam ngantornya, pokoknya musti berusaha cari tas itu dulu. Keputusan yang gak masuk akal blas, mengingat kita juga gak tau siapa yang nyamber itu tas, tadi kan banyak banget orang. Arahnya juga gak tau pada kemana, kan di jalanan banyak bener belokan. Mau di cari satu persatu ?
 
Atraksi di mulai. Saya dibonceng sambil berdiri sesekali, seperti mualim kapal. Kasih intruksi setengah ngawur. "Kayaknya belok kiri", atau, " coba kita inget-inget apa orang itu yang berteduh juga ?", sambil nunjuk motor orang yang berhenti di lampu merah. Badrun juga kadang - kadang secara feeling membelokkan motornya sambil bergumam pasrah,"...orangnya kali belok sini". Ah, analisa ngawur.
 
Sekitar jam sembilan pagi,  menjelang daerah Pulogadung, kita hendak nyalip sepeda pancal yang ada keranjangnya. Kaya orang jualan singkong gitu. Tanpa di duga, ternyata di dalam keranjang di sepeda itu ada tas-nya Badrun, warna biru buluk. Binggo..!!! Langsung kita paksa berhenti itu sepeda. Sebelum dia sempat komentar protes, Badrun bersicepat mengambil tas buluknya, membuka kantung, mengambil dompet, dan setor selembar lima ribuan ke pengemudi sepeda tadi. Kita trus ke kantor meninggalkan tukang sepeda yang terbengong - bengong.
 
Kemaren, hari Minggu saya mengantar anak ke toko buku. Toko buku ada di lantai dua, parkiran mobil ada di basement, di antaranya ada lantai satu di isi supermarket. Setelah parkir, anak - anak berhamburan sama istri saya masuk pertokoan, saya nge-tem sejenak ke lapak DVD, beli 'Forbidden Kingdom", "No Country for Old Men", dan "Asterix-Olympiade" yang dibintangi Alain Delon itu, lantas nyusul anak - anak ke lantai dua.
 
Di lantai dua, entah setelah berapa lama saya baru sadar bahwa karcis parkir mobil tidak lagi menempel di kunci kontak seperti biasanya. Dirogoh ke seluruh kantor juga nihil. Walah. Ini gimana nih. Akhirnya saya memutuskan untuk menyusuri lantai - lantai di pertokoan itu. Mata jelalatan mirip penyapu ranjau.
 
Pertokoan itu memiliki atap tinggi, dan untuk lantai dua hanya berada di pinggir bangunan, jadi tengah bangunan bolong ke atas. Dari lantai dua bisa liat aktivitas lantai satu lewat bolongan itu. Jelas berpagar biar orang gak kecemplung ke lantai satu.
Singkat cerita, dari pagar lantai dua itu saya bisa melihat ada kertas kecil terlipat. Tergeletak sendirian di lantai satu, mepet deretan kulkas dagangan, dekat eskalator ke basement. Saya mempercepat langkah segera turun. Dan memungutnya. Saya segera buka kertas terlipat itu. "Sim Salabim... !". Sebuah karcis parkir , disitu tertera F1300BG, plat nomer mobil saya. Alhamdulillah....[] haris fauzi - 1 Juni 2008


salam,

haris fauzi

No comments: