Wednesday, June 18, 2008

kenisah : sebuah buku berjudul 'haji'

SEBUAH BUKU BERJUDUL 'HAJI'
 
 
...Demikian pula : pengetahuan agama yang dimiliki oleh pendakwah - pendakwah terhormat yang mengabdi kepada seorang khalifah adalah sama dengan yang dimiliki oleh pendakwah - pendakwah yang dipenjarakan oleh khalifah tersebut.
Sesungguhnya bukan 'pengetahuan' tetapi 'kesadaran'-lah yang membuat seseorang menjadi algojo atau martir, menjadi penindas atau pecinta kemerdekaan ....
("Haji" hal 72-Ali Syariati, penerbit Pustaka 1983)
 
Mungkin cukup aneh bila paragraf tersebut di atas ternyata dijumpai dalam buku berjudul 'Haji'. Dari puluhan --mungkin ratusan-- buku yang bertutur mengenai ibadah haji, mungkin buku karya Syariati ini terbilang unik. Dalam buku ini konsentrasi penulis adalah menanamkan suatu ideologi untuk mencapai kesempurnaan ibadah haji, bukan bertutur terhadap ritual - ritual yang musti ditepati. Belum lagi adanya pembahasan ideologi kapitalis, komunis, tokoh Zoroaster, filsuf Aime Cesaire, Erich Fromm, atau apalah, sesekali berseliweran dalam untaian kalimat dalam buku 'agama' ini.

Memang, sebagai filsuf dan sosiolog, Ali Syariati tanpa sungkan mencampur pemikiran politik dan sosiokulturnya dalam buku ini. Namun, inilah kelebihan buku ini. Dan secara fundamental Ali bertutur mengenai esensi - esensi ibadah dalam rangkaian Haji itu sendiri. Yang menurut Syariati adalah konsentrasi manusia kepada Tuhannya. Mengakui dan menyadari sesadar - sadarnya bahwa ibadah haji adalah meng-esa-kan Tuhan. Bersiap menjadi prajurit-Nya, dan kembali ke tanah air untuk menjadi penerang bagi ummat dan masyarakat sekitarnya.
 
Kenapa di Miqat seluruh manusia menjadi satu ? Ada apa dibalik penggunaan pakaian ihram ? mengapa harus menginap dalam tenda pada malam hari ? mengapa tidak boleh mengenakan wewangian ? mengapa harus berkeliling Ka'bah ? mengapa berhenti sejenak untuk kemudian melemparkan batu ? mengapa sebelum kembali ke tanah air harus berkumpul dahulu ? ada makna apa dibalik kisah air zam - zam ?
Berderet pertanyaan berikut alasan yang sangat filsafati akan ditampilkan dengan gamblang oleh Syariati. Sehingga, tidak heran bila seorang tokoh yang bernama M.Amien Rais pernah berujar,"....walau saya telah menunaikan haji beberapa kali, setelah membaca buku ini saya merasa belum ber-haji sekalipun".
 
Contoh yang sederhana ada dalam halaman 39. Soal pelaksanaan shalat dua raqaat di Maqam Ibrahim. Menurut Syariati, dengan berdiri di Maqam Ibrahim, berarti kita mengambil alih posisi nabi Ibrahim. Fiuh...!!! Tau siapa Ibrahim ?
Dan bagaimana secara logis Syariati menjabarkan keterkaitan Thawaf dan Sya'i, antara cinta dan akal, antara term 'Dia' dan term 'engkau', antara mencari 'dahaga' dan mencari 'air'. Dan banyak lagi hal - hal seperti itu yang bakal dituangkan Syariati untuk mengisi otak kita.
 
Obsesi Syariati dalam memusuhi tiga hal tertuang jelas - jelas dalam buku ini, seperti juga dalam buku - buku tulisan Syariati yang lain. Memang Syariati membenci tiga hal : penindas-kapitalis-munafik, yang biasanya dia identikkan dalam tiga tokoh durjana : fir'aun-karun-balam. Inti dari buku ini adalah penyadaran seorang manusia untuk menjadi hamba-Nya, mengorbankan apapun untuk-Nya, dan menjadi penerang bagi orang lain. Haji adalah juga merupakan ucapan janji dan sumpah manusia untuk meneruskan perjuangan Ibrahim yangmana janji itu disaksikan langsung oleh Tuhan. Itu misi haji menurut Syariati. Terasa berat nian.
 
Memang sebuah buku yang cukup lawas. Saya di-'kenal'-kan pada buku ini oleh mendiang Bapak saya, kira - kira jaman saya masih SMP. Saya baru tertarik beberapa tahun setelah itu. Buku kala itu, sekarang ada dalam genggaman saya. Banyak sekali notifikasi dan garis bawah yang ditorehkan Bapak dalam buku ini, menandakan bahwa banyak catatan yang musti diperhatikan. Memang Syariati adalah salah satu tokoh idola Bapak. Like father like son, dalam hal ini, saya jadi ikutan mengagumi Ali Syariati, tokoh Revolusi Iran yang kontroversial itu... [] haris fauzi - 18 juni 2008


salam,

haris fauzi

No comments: