PAKET AKHIR TAHUN 'THE MIRACLE' (THE STAGE)
22.12.07 05.51AM yadi-klaro
"
Ok ntar janjian di lobi hotel salak jam 7.30 malem."
"Salma,
Ayah berangkat dulu, pulangnya malam. Salma sama Moncil jangan terlalu malam tidurnya
..besok pagi kita main bola dan sepedaan lagi, ya..! Assalamu'alaikum", gitu lambai saya dari jendela mobil ke anak anak yang nunggu di balik pagar.
"Ya.. Ayah
Waalaikum-salam
", mereka berdua berebutan melambai tangan. Istri saya mengintip dari balik pintu, juga melambaikan tangan dia memang sepeti itu, selalu melambai tangan, bukan mengacungkan ketupat bangkahulu
. Haa
. Haa
. Haa
.
Malam baru pukul 19.00, saya berangkat sendirian hendak nonton acara Dream Theater Nite di Hotel Salak Bogor . Acara biasa, yakni band band lokal malam itu hendak beradu panggung dengan kesepakatan menampilkan lagu lagu dari kelompok besar, 'Dream Theater'. Semacam tribute show gitu-lah. Ya karena domisili di Bogor , saya jadi punya kesempatan nonton hajatan temen temen saya ini. Biasanya sih diadakan di Jakarta atau Bandung . Dan saya seperti biasa nggak pernah bisa punya kesempatan untuk hadir.
Memasuki lobi hotel, saya sempat nongkrong dulu baca koran sambil dengerin pemain alat musik tradisional mengalunkan lagu lagu daerah. Keren. Sampai akhirnya temen temen kumpul dan memutuskan memasuki lokasi acara tersebut. Di pelataran kafe saya sempat berbasa basi dengan para calon penonton yang lain. Para penggemar Dream Theater yang mungkin saja nggak kesampaian buat nonton konser Dream Theater beneran.
Catat. Dream Theater adalah kelompok musik yang menganut ciri progresif, jadi jangan kaget bila yang bakalan ditampilkan para 'ummat' Dream Theater malam ini adalah duel keyboard segala. Musik boleh metal tetapi bunyi keyboard merajalela. Ada tiga band malam itu. Band pembuka, Godsave, saya kurang menyimak, karena saat itu saya lagi ngobrol dengan teman teman yang lain. Apalagi saya pas itu sedang berada di sayap atas samping, jadi nggak bisa liat ke arah panggung dengan bebas.
Ketika the Mirror hendak naik panggung, saya sempat harap harap cemas. Dari sayap atas VIP saya sengaja turun ke bawah, biar kelihatan jelas dan bisa menyimak dengan baik. Mencari tempat fokus suara dekat perangkat sound-mixer. Menjelang tampil malam ini the Mirror hanya dua kali latihan, katanya gitu. Bukan karena minimnya latihan yang saya khawatirkan, tetapi katanya grup ini terancam bubar. Ada masalah internal. Di lobi hotel, sempat saya lihat personil the Mirror datang sendiri sendiri. Namun, mereka saling berpelukan dan berjabat tangan di dekat pintu masuk. Tanda tanda positif. Vokalisnya sangar tapi tenang. Sisanya kalem kalem semuanya. Keyboardisnya apalagi, cool abis. Drummer-nya sedikit nyontek penampilan Mike Portnoy, pake celana tiga perempat. Sempat sama Mas Yadi disuruh pake overcoat petinju segala, biar makin mirip Portnoy. Dia cuma senyum akrab. Ya. Siapa bilang dunia musik heavy metal garang. Gak kok. Kalau bikin kuping agak budeg, nah ini baru mungkin.
The Mirror mulai tampil dengan start gebugan drum yang membahana. Seperti ada beban berat yang menggantung di atmosfer mereka. Ya mungkin karena masalah internal mereka. Namun semakin lama the Mirror bermain semakin baik. Sound system yang cukup mengganggu karena trouble sana sini, sempat membuat gusar sang vokalis dan keyboardis. Catatan penting bagi sang keyboardis. Dia bermain bukan seperti penampilan Jordan Rudess, --penampilan sosok orangnya lebih mirip Tony Banks, keyboardis Genesis. Anteng. Hanya jemarinya yang kebut kebutan. Sesekali melempar senyum ke penonton. Aplus penonton sering diarahkan ke dia. Memang hebat. Dengan peralatan standar kafe yang cuma segitunya, dia bisa menciptakan bunyi bunyi yang menyihir. Suasana gedung yang berasap rokok membuat saya terbatuk batuk. Karena inilah saya pengennya gak ikutan bersenandung, tetapi hal ini ternyata susah. Secara spontan sesekali saya ikutan bersenandung, ikutan berteriak. Trus dilanjut, "
uhuk
uhuk
uhuk
!".
Terbukti the Mirror yang asli Bogor ini memang termasuk grup band jagoan dalam urusan meng-cover lagu lagu Dream Theater. Kenalan baru saya yang berprofesi jadi juragan rekaman sempat kasih komentar ke saya,"..kalo the Mirror mainnya keren, tekniknya jagoan dan rapi, tolong suruh mereka bikin demo rekaman dan kasihin ke saya, ya
dalam dua tahun ini, tren Dream Theater masih oke
". Saya cuma bisa meng-iya-kan.
Kelar the Mirror manggung sekitar 50 menit, barulah band yang baru rilis album, the Miracle naik panggung. Karena dalam karya karya Dream Theater unsure bunyi keyboard sangat dominant, mungkin atas alas an inilah keyboardis-nya the Miracle tampak sibuk mengganti perangkat mainannya dengan yang lebih gedhe. Sempat saya cari informasi apa saja materi lagu dari the Miracle. Tetapi katanya gak jelas mau nyanyiin apa aja. "Tunggu dan ikutin aja". Yo wis . Harapan saya, the Miracle membawa sedikitnya dua lagu dari album mereka sendiri. Jangan melulu nge-Dream Theater.
Tiba juga waktunya buat the Miracle manggung. Gak cuma lagunya Dream Theater yang dibawakan dengan baik oleh The Miracle, penampilannya para personilnya juga hampir nyaris mirip. Vokalisnya sering memaparkan tangannya seperti James LaBrie, drummernya pake udeng bajak laut mirip Mike Portnoy. Udah gitu pake gaya pukul simbal sambil berdiri lagi. Mirip pokok-e. Cuma kok gak pake kacamata hitam bunder. Keyboardisnya akan jadi lebih mirip Jordan Rudess bila dudukan keyboard-nya dibikin lebih pendek sehingga bermainnya sambil membungkuk. Lebih komplit lagi bila keyboard-nya berdiri di single-stand dan bisa muter muter. Dan akan makin mirip bila mau menggunduli rambutnya. Jordan Rudess adalah keyboardis yang gundul, bukan? Hanya sosok bassis-nya yang gak mirip dengan John Myung. Mungkin susah melihara rambut sepanjang dan selurus rambut Myung.
Gak perlu dibahas, mereka memainkan lagu lagu karya Dream Theater dengan baik. Catatan penting adalah bagaimana mereka mengajak para penonton untuk menyanyi bersama, ada dua lagu yang dibikin seperti itu. Dan the Miracle juga menyisakan dua lagu untuk 'jamming' main bareng dengan personil the Mirror. Wah, ketika para personil the Mirror ikutan naik, maka penuh sesak panggungnya. Duel vokal, gitar dan bass. Yang keren adalah para pemain bass-nya yang sering bercanda gayeng berduaan. Sementara kedua gitarisnya memilih meniru John Petrucci, berdiri berjejer anteng sambil menyayat gitar. Keyboardis the Miracle memakai portable keyboard yang dicangklong itu kayak Fariz Rustam Munaf. Keyboardis the Mirror kayaknya gak nampak. Lha wong panggung kecil itu penuh. Kedua vokalis yang satu di sayap kiri, satunya di sayap kanan. Pas teriak bareng dahsyat bener. Harusnya ada dua drum set dan dua keyboard. Bakal dahsyat, saya yakin seyakin - yakinnya, karena salah satu kedahsyatan karya karya Dream Theater ya di gebugan drum dan bunyi-bunyi keyboard yang menyihir.
Sampai ending dari jamming tadi, ternyata the Miracle malah nggak nyanyiin lagu mereka sendiri. Walah. Agak kecewa hati saya. Yo wis lah. Katanya sih tour untuk album baru ini baru akan mulai awal tahun 2008. Sekali lagi : yo wis lah. Jam satu malam eh, dini hari ding, -- saya masuk rumah dan membuat minuman cokelat panas. Kuping masih agak budeg.[] haris fauzi 'feeling stranger & out of place' 23 desember 2007
salam,
haris fauzi
haris fauzi
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.
No comments:
Post a Comment