Pagi ini, terdengar takbir --sejak selamam-- dari lapangan sebelah komplek. Rencananya ada sholat Ied disitu. Ya. pagi ini adalah pagi lebaran. Tanggal satu syawal. Ini termasuk lebaran paling khusus dan khusyuk bagi saya. Memang saya akui qiyyamullail dan tadarus saya banyak yang bolong tahun ini, --tetapi saya paling nyantai dalam lebaran kali ini. Tidak membuat saya terbebani. Saya menutup bulan ramadhan dengan tenang karena tidak dengan segala persiapan mudik. Memang, mungkin berbalikan bagi semua orang,-- terus - terang acara mudik bagi saya butuh persiapan yang mendetail yangcenderung membuat saya berkejaran dengan jadwal yang ketat. Mulai persiapan mobil, pengepakan pakaian, pengadaan oleh - oleh, detil jam keberangkatan, penyelesaian urusan kantor, penguncian rumah, hingga tetek bengek yang lainnya. Yang mana masalah ini terus terang membuat saya grusa - grusu dalam menutup bulan puasa. Saya bilang khusyuk, karena saya bisa dengan tenang bin santai menyelesaikan puasa, tidak perlu berebut ke bengkel, atau mengantar Istri ke tempat perbelanjaan langganan dia. Easy day, rockin every time. Puasa hari terakhir, selasa bakda sahur, saya mulai dengan membalas semua email yang masuk hingga subuh, dan setelah terpotong subuhan,--saya lanjutkan lagi acara itu. Kemudian sempat tidur sebentar dan ketika bangun tanpa mandi dulu saya bisa dengan santai membaca buku. Siang setelah mencuci mobil, terik siang bolong bakda zuhur saya sempatkan membayar hutang mengantar anak - anak untuk mengunjungi toko buku, kemudian membacanya alakadarnya. Sampe rumah lagi sudah ashar lewat dikit. Dan sambil nunggu maghrib, saya membuka komputer lagi, browsing alakadarnya. Es buah menandai buka puasa terakhir saya tahun ini, saya lihat anak - anak lahap berbuka puasa dengan kue martabak. Andai tidak hujan, mungkin malam itu saya hendak ke tempat takbiran. Maksudnya ya takbiran, namun kemungkinan saya lebih terpesona untuk memotret anak - anak yang berebut bedug. Namun, sayangnya hujan turun lebat, dan bakda solat maghrib, kami takbiran sendiri di rumah. Setelah itu saya memilih tiduran di sofa, sementara Istri memilih untuk mengaduk - aduk di dapur. Ya. hari ini memang sudah entah hari keberapa tanpa pembantu. Namun, kami juga tidak repot - repot amat. Baju kotor kami simpan rapi, mungkin minggu depan baru kami cuci. Sementara makanan kami membayar katering. Lebih simpel dan eifsien. Malam takbiran, saya habiskan untuk membalas pesan pendek yang masuk. Mungkin telah mencapai seratus pesan dalam sehari itu. Malam harinya saya makan malam alakadarnya, dan memindah - mindah saluran televisi, hingga pukul dua dini hari baru saya masuk kamar. Tidur sebentar namun nyenyak karena memang hawa dingin, dengan posisi pintu belakang rumah saya buka, maka angin menembus hingga ujung kamar. Nikmat tidur dingin seperti itu. Sungguh malam takbiran, akhir ramadhan yang menyenangkan bagi saya. Seorang rekan pernah berkata, bahwa di akhir bulan ramadhan seyogyanya kita bisa menyelesaikan dengan tenang. Ini syarat dan pertanda yang baik untuk menyongsong datangnya bulan Syawal. Namun aktualnya gimana mau tenang ? Kita malah sering kerepotan dan disibukkan dengan urusan mudik. Ya. Sebaiknya, kita menutup ramadhan dengan tenang, dan dengan ini diharapkan kita bisa beribadah, bertakbir, dan memulai bulan syawal dengan khusuk. Dan bila disempatkan itikaf, hal itu lebih baik lagi guna penenangan jiwa. Gitu sarannya. Sementara anak - anak menyisakan liburan sekolah yang cukup panjang. Satu minggu lebih panjang ketimbangcuti kantor saya. Ini saja yang merisaukan pikiran saya. Saya tidak punya rencana mengajak mereka kemana-mana. Tidak saya jadwalkan untuk itu. Acara dominan ya stay at home. Paling - paling ke toko buku lagi. Namun, ya apabila sempat, nanti kami akan berjalan - jalan entah kemana. Mungkin menonton sinema empat dimensi, atau mengunjungi wahana SeaWorld. Itu saja. Masih tersisa liburan cukup panjang bagi anak - anak, seminggu lagi kira - kira. Namun, saya pikir mereka tidaklah terlalu menuntut bila mereka hanya berliburan di rumah. Karena saya juga memiliki jadwal harus berangkat ke kantor di minggu depan, dimana mereka masih libur satu minggu lagi. Sempat saya tawarkan kepada Istri untuk mengajak mereka menyewa cottage selama beberapa hari ketika libur dimana saya harus ngantor. Namun Istri tidak bersedia, karena saya tidak ikut bergabung di cottage tersebut. Mending di rumah. Apalagi ketika Istri saya paksa untuk mencoba telpon ke cottage, ternyata sudah full-booked. Saya tinggal mengiyakan saja tertanda setuju, toh ini namanya penghematan. Azan subuh d-day lebaran, saya bergegas mencuci muka dan menunaikan solat subuh dengan tenang. Toh solat Ied masih dilaksanakan pukul tujuh nanti. Sambil minum air putih yang nggak bisa saya lakukan di bulan puasa, -- saya pagi ini kembali membalas pesan pendek yang kebetulan membanjir masuk --dari beberapa rekan terbaik dan orang tercinta-- dan disambi menulis tulisan ini. Menunggu waktu.Saya lihat di halaman belakang, anak sulung saya sempat bercanda dengan kelinci peliharaannya. Santai nian. Enak suasananya. Sungguh ringan hati saya. Seringan embun pagi. Selamat Idul Fitri.[] haris fauzi - subuh - 1 Oktober 2008 salam, haris fauzi |
Tuesday, October 07, 2008
kenisah : lebaran yang tenang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment