Thursday, October 30, 2008

kenisah : merangkai nama

MERANGKAI NAMA
 
Setelah saya pikir- pikir, merangkai kata untuk menjadi sebait nama, bagi saya lebih mudah bila untuk nama wanita. Nggak tau atas alasan apa. Ketika menyusun nama untuk anak sulung saya dengan mudah bisa merangkai kalimat menjadi beberapa nama 'puteri' alternatif. Sementara untuk nama 'putera', saya hanya punya satu nama generik, 'Alija Muhammad'. Saya sebut generik, karena memang sudah seperti menjadi kebiasaan keluarga kami, maka setiap anak lelaki harus diberi nama dengan 'Muhammad', atau 'Ahmad'.
 
Ya memang hampir menjadi tradisi. Sebagai contoh, saya adalah empat bersaudara dengan tiga anak laki. Kakak saya bernama 'Muhammad', demikian juga dengan adik laki saya. Saya sendiri ber-awal dengan Ahmad. Mungkin bila saya punya adik laki-laki lagi, maka namanya pasti 'Ahmad' juga.

Semua anak laki-laki dari saudara saya,selalu mengandung nama 'Muhammad'. Ada Amru Hanif Muhammad, ada Asyrif Muhammad, Tsaqovi Muhammad, dan yang paling radikal adalah anak adik saya yang bernama "Husain Ali Muhammad". 'Husain' adalah cucu nabi Muhammad dari Ali bin Abi Thalib. 'Ali' adalah menantu nabi Muhammad.
 
Keluarga Kakek dari Rejodani, (Bapaknya Ayah) adalah keluarga besar, belasan ber-saudara, namun hanya ada tiga anak laki - laki. Dari tiga putera itu, yang paling tua ber-semat nama 'Ahmad'. Mangkanya Bapak saya memanggilnya dengan 'Kang Amat'. 'Kang' itu berarti kakak lelaki, Amat itu panggilan dari 'Ahmad'.
Dari keluarga Gentan ( Orang tua Ibu), keluarga kecil untuk ukuran saat itu, Ibu adalah 4 barsaudara. Perkara nama anak laki-laki, ternyata setali tiga uang. Saudara kandung Ibu yang laki-laki (paklik - paklik saya) juga mengandung nama Ahmad dan Muhamad.
 
Memang, walaupun nama Ayah sendiri tidak mengandung muatan kata 'Muhammad', mendiang Ayah pernah 'mem-fatwa'-kan kepada kami untuk memberi nama anak-anak kami dengan 'Muhammad' karena itulah tokoh tauladan kami, atau 'Ahmad' karena itu sebutan dari nama Muhammad itu sendiri. Katanya sih, memang di-sunnah-kan untuk menyematkan nama seperti itu kepada anak lelaki. Konon untuk 3 anak laki dalam satu keluarga, sebaiknya minimal salah satu bernama dengan 'Muhammad' atau 'Ahmad'.
Mungkin karena itulah, maka saya tidak kreatif merangkai nama buat anak lelaki, dan ter-patron hanya kepada nama 'Muhammad' itu. Pokoknya gitu. Saya juga begitu ter-opini dengan nama 'Muhammad' itu bila dikaruniai putera. Berapapun jumlahnya, bila laki - laki pastilah bernama itu. Walhasil, saya merasa lebih leluasa untuk berkreasi membentuk nama wanita. Ketika anak kedua kami hendak lahir, saya sudah menyiapkan satu nama puteri, panjang dan lengkap. sementara bila 'putera', saya hanya siap dengan 'Muhammad' saja.
 
Oh ya. Saya terbilang cukup cuek dengan jenis kelamin calon anak saya. Saya tidak pernah bertanya - tanya detil, dan bila ada informasi tentang hal itu dari dokter, saya hanya meng-iya-kan. Katanya sih gender bayi itu rahasia Tuhan, dan kita tak kuasa hendak merekayasa bagaimana-pun. Seperti halnya kiamat, seperti halnya umur, maka misteri gender bayi itu mutlak rahasia Tuhan. Sesuatu ketetapan yang tidak bisa diatur - atur di awal, dan sesuatu ketetapan yang tak hendak disesali di akhir. Ya. kalau toh ada teori yang mereka - reka bagaimana membuat bayi laki, atau bayi perempuan, hal itu mungkin hanya isapan jempol belaka. Seperti halnya teori dugaan kapan dunia ini akan terjadi kiamat.
 
Gara - gara sikap cuek itu, maka saya baru tau jenis kelamin anak pertama saya delapan jam setelah anak itu lahir. Otomatis, penyematan nama baru terjadi setelah itu walau 'calon' nama sudah ada di kantong. Dan ketika anak kedua lahir, saya mengetahui pada detik kelahirannya, karena saya berada di ruang tindakan.
 
Kembali ke urusan nama. Ibu saya juga begitu menyukai nama yang saya rangkai untuk 'puteri'. Ibu sering berkomentar bahwa nama pilihan saya sangat indah. Contohnya ketika saya sodori nama alternatif puteri sulung saya,"Salma Farrahani". Ibu begitu antusias sampai beberapa kali menelepon dan berhasrat ikut urun rembug, akhirnya Ibu menambahkan nama tengah menjadi "Salma Fatiha Farrahani". Dan ketika saya menyodorkan nama calon 'putera', beliau berkomentar pendek saja,"..bagus,..Bapak setuju....".
 
Demikian juga dengan kali ini. Menjelang bulan ramadhan (kemarin) berakhir, saya mencoba merangkai nama untuk calon puteri atau putera kami berikutnya. Dan saya dengan lancarnya merangkai untuk calon puteri. Cahaya Fahadaina. Itu nama pilihan saya, dan langsung disetujui oleh Istri, dan langsung dipuji habis - habisan oleh Ibu saya. Sempat saya konsultasikan kepada adik perempuan saya, yang mana dia ini faham penerjemahan bahasa arab. "...nama 'Fahadaina' artinya 'berilah kami petunjuk", gitu kata adik. Nama ini saya ambil mentah - mentah dari nama Ayah.
 
Dan ketika Istri menanyakan untuk nama putera, saya menjawab sedikit gamang lewat pesan pendek: 'Muhammad... Muthahhari ...atau bisa juga Muhammad Fahadaina".[] haris fauzi - 30 oktober 2008
salam,

haris fauzi

No comments: