PERMAINAN 'DONNAY' Betapa saya merasa, ketika jaman SMA sifat jail ini merajalela. Jail ber-'jamaah' maksudnya, kami semua satu kelas. Pernah suatu ketika di kelas itu musimnya menyembunyikan tas. Maksudnya gini, kalo suatu saat saya teledor, meninggalkan bangku, maka dalam sekejab tas saya bisa ilang. Entah diumpetin, dilempar ke kelas sebelah....atau tak tentu rimbanya. Pernah tas seorang teman disembunyikan, entah dimana, dan baru ketemu esok paginya. Awalnya sih gara - gara sebagian dari kami adalah pengurus OSIS, --saya tidak--, bahkan rekan kami, David, adalah Ketua OSIS, yang sering rapat dan melakukan kegiatan dengan meninggalkan kelas. Tas David sepertinya adalah collector's edition untuk perangkat olah raga tenis, mereknya 'Donnay'. Ada tulisan 'Donnay' besar - besar seakan pamer merek. Kegiatan David di luar kelas, meninggalkan kelas, tentunya dengan meninggalkan tas 'Donnay'-nya teronggok sendirian. Nah, atas kejadian inilah maka sebagian teman merasa iba dan berinisiatif agar tas yang 'merana' seperti ini perlu diberi 'acara tambahan', mumpung pemiliknya ga ada. Maka jadilah tas David ini menjadi obyek 'permainan rahasia'. Semula cuma disembunyikan, --mungkin di kelas sebelah-- tapi belakangan gak cuma itu. Disinilah awal istilah permainan 'Donnay' di mulai. Jadi setiap ada tas yang disembunyikan, sebagian kami bersuara saling sahut,"Donnay..!! .....Donnay...dimana kamu ...?". Ditimpali cekikikan. Atas kejadian ini, akhirnya kami masing - masing mengamankan masing - masing tas kami. Saya membawa gembok. Jadi ring tas saya belitkan kemudian saya gembok di bangku. Bangku saya ya kursi itu. Bukan bangku sekolah umumnya yang menyatu dengan meja. Bukan. Hanya kursi kayak kursi di restoran padang, dengan sandaran tentunya. Mejanya terpisah. David juga sering ikutan membelitkan tas 'Donnay'-nya ke bangku saya minta nebeng gembok. Semula saya mengira prosesi gembok - menggembok ini adalah hal yang aman. Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Ketika teman melihat tas saya tidak berkutik dan terikat mesra di bangku, mereka membuka tingkapnya --dengan tetap terikat di bangku-- lantas mengambil buku - bukunya, menukarkan ke dalam tas teman yang lain, atau meletakkan buku - buku itu dimana saja. Bisa di meja guru, di atas papan, atau diletakkan berurutan di lantai seperti jejak penjelajahan. Saya pernah menyaksikan Chamid melakukan hal tersebut kepada tas Reno dan Imam. Kelas kami berada di lantai dua, kala itu pergantian guru kelas --pergantian pelajaran,-- saya menyaksikan ada beberapa anak di deret bangku paling belakang sibuk di mulut jendela yang menghadap ke lapangan voli. Saya menoleh dan hanya melihat sebagian punggung dan bokongnya saja, bercelana abu - abu. Mereka memunggungi saya. Lebih tepatnya membokongi saya. Mereka lantas teriak dan tertawa - tawa. Saya penasaran dengan apa yang mereka lakukan. Ternyata mereka adalah Atmo, Yandi, dan Deded. Setelah melongok lebih jauh lagi, saya saksikan ada tas yang terbengkelai dan dilontarkan dari lantai dua ke lapangan voli. Mereka terbahak ketika tas ransel carrier berwarna hijau tersebut mendarat di samping comberan. Saya tengok, wahahahahahahahahahaa... tas milik Budi teronggok dibawah sana. Hampir kecemplung comberan. Sebagian isinya sudah nongol keluar dari tas. Korban kali ini tidak hanya tas 'Donnay'. Semua musti waspada. Permainan 'Donnay' telah menjalar. Kembali ke masalah tas yang di gembok tadi. Suatu siang, saya musti menggembok tas saya, dan saya tinggalkan sebentar. Saya keluar kelas karena suatu urusan. Saya harus menggandakan jadwal khotib jumatan sekolah. Ya, saya takmir di badan Dakwah islam sekolahan....agak beda urusan dengan OSIS. Untungnya dalam urusan itu saya tidak terlalu lama sudah muncul lagi di pintu kelas. Terperangah saya menyaksikan ada tiga orang yang dengan susah payah hendak membuang bangku saya keluar jendela. Mereka mengangkat tas saya dan menggotongnya menuju lubang jendela. Nampak tas saya terikat erat di bangku yang tengah mereka angkat itu. Kontan saya mencegah perbuatan edan itu. Dan kami akhirnya terpingkal - pingkal bersama. Kelas edan. Dan sebagai bentuk siaga, maka akhirnya kami mencangklong kemana-pun tas itu dibawa. Ketika jam istirahat, ketika harus pindah laboratorium, ketika berurusan dengan kantor guru. Jadi terlihat menggelikan. Di saat semua murid kelas lain meletakkan tas-nya di bangku masing - masing dan bisa bersantai saat istirahat, kami malah menentengnya kemana - mana, termasuk ke warung atau kedai bakso. Apalagi Reno yang memiliki tas baru mirip yang di pakai Andre Agassi, --petenis flamboyan itu. Satu merek dengan sepatunya, Nike. Reno sungguh kuatir bila tas tercintanya itu masuk comberan. Kami semua saling waspada sambil tertawa, sambil curi kesempatan bila ada yang lengah. Kemudian terbahak. Atas permainan itu asli lucunya dimana saya kurang jelas. Namun entah kenapa kami semua tertawa terpingkal - pingkal hingga bercucuran air mata. Tapi yang jelas adalah apapun yang kami lakukan, merugikan siapa, menguntungkan siapa, kami melakukan itu semua untuk kesenangan semata. Kesenangan bersama. Yang melakukan jelas - jelas tertawa, yang menyaksikan kegelian, korbannya juga terpingkal. Mungkin yang marah adalah para guru. Dasar anak SMA. [] haris fauzi - 20 agustus 2008 *)....untuk sekolah kami 'Bhawikarsu - Malang' yang bulan ini berulang tahun entah yang ke berapa salam, haris fauzi |
Wednesday, August 20, 2008
kenisah : permainan donnay
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment